Sabtu, 31 Maret 2012

BUNRAKU

aheehee sekedar pengin ngerti juga kesenian dari jepang sana. ternyata ada lo pertunjukan yang hampir mirip kayak wayang golek dari Indonesia. Ini ada sedikit infonya prend :)

Bunraku


Bunraku adalah sandiwara bonekat radisional Jepang yang merupakan salah satu jenis ningyo johruri Istilah bunraku khususnya digunakan untuk ninyo johruri (sandiwara boneka dengan pengiring musik johruri) yang berkembang di Osaka. Jōruri atau ditulis sebagai johruri adalah sebutan untuk naskah dalam bentuk nyanyian.Penyanyi johruri disebut tayū, dan menyanyi dengan iringan musik shamisen.
Bunraku adalah pertunjukan yang hanya dibawakan oleh laki-laki. Tiga unsur pertunjukan teater bunraku disebut sangyō yang terdiri dari tayū(penyanyi), pemain shamisen, dan ningyō tsukai (dalang). Di sisi kanan penonton, terdapat panggung yang disebut yuka.Di atas yuka terdapat panggung berputar yang menjadi tempat duduk tayū dan pemain shamisen.
Bagian tubuh dalang dari pinggang ke bawah dihalangi dari pandangan penonton memakai penghalang dari papan kayu yang disebut tesuri.
²  Penyanyi
Tayū adalah sebutan untuk penyanyi yang melantunkan johruri (narasi dengan iringan shamisen). Pertunjukan lazimnya hanya menggunakan seorang tayū yang membawakan dialog untuk semua karakter dalam cerita. Pada pementasan cerita yang panjang dan melelahkan bisa terjadi pergantian tayū di tengah-tengah cerita. Pada cerita yang perlu dialog bersahut-sahutan, duatayū atau lebih bisa tampil duduk berjejer di panggung.
²  Pemusik
Pemain shamisen memainkan shamisen berukuran besar dengan gema yang terdengar berat (futo) sehingga disebut futozao shamisen.Pemusik duduk dalam posisi seiza, tapi kedua belah kaki dilipat ke belakang dengan lutut dibuka lebar, dan seluruh berat badan bertumpu di bagian pantat.
²  Dalang
Di zaman dulu, sebuah boneka hanya digerakkan seorang dalang.Pertunjukan memakai tiga orang dalang untuk sebuah boneka diperkenalkan pada tahun 1734 dalam pertunjukan berjudul “Ashiya Dōman Ōchi Kagami”. Di zaman sekarang, bunraku memakai tiga orang dalang untuk sebuah boneka.

²  Boneka
Boneka yang digunakan dalam bunraku memiliki berbagai macam kepala (kashira). Kepala boneka laki-laki dan perempuan dalam berbagai bentuk dan ekspresi wajah digunakan untuk menampilkan beraneka ragam karakter, pekerjaan, status sosial, dan umur.
Kepala boneka tertentu hanya bisa digunakan untuk peran tertentu.Sebagian kepala boneka bisa digunakan untuk berbagai peran dengan memakaikan rambut palsu (wig), atau merias wajah boneka dengan cat.Sebelum bisa dipakai dalam pementasan, wajah boneka dirias dulu dengan cat.
-       Jenis kepala boneka
Kepala boneka (kashira) laki-laki
Bunshichi: kepala boneka dengan ekspresi maskulin laki-laki tampan tapi sudah lama menderita, digunakan untuk tokoh utama ceritatragedi
Kenbishi: kepala boneka dengan garis mulut yang tegas menandakan kemauan keras, digunakan untuk samurai, orang kota, dan sebagainya
Ōdanshichi: kepala boneka dengan ekspresi lelaki pemberani
Darasuke: kepala boneka dengan ekspresi mengejek untuk peran orang jahat
Yokanpei: kepala boneka dengan wajah buruk untuk peran orang jahat yang komikal
Matahei: kepala boneka dengan ekspresi rakyat biasa, orang kecil, atau penduduk kota yang jujur
Kiichi: kepala boneka untuk peran samurai tua dengan hati yang penuh cinta
Genda: kepala boneka untuk peran laki-laki tampan berumur 20 tahunan
Wakaotoko: kepala boneka laki-laki remaja untuk kisah cinta
Kōmei: kepala boneka untuk samurai berusia empat puluhan hingga lima puluhan, secara jelas terlihat berkepribadian halus dan bijaksana
Kintoki: kepala boneka untuk samurai yang kuat dan berperasaan dalam cerita jidaimono.
Kepala boneka perempuan
Musume: kepala boneka perempuan belum kawin berusia 14 atau 15 tahun dengan ekspresi murni tanpa dosa
Fukeoyama: kepala boneka yang digunakan untuk berbagai peran wanita berusia dua puluh tahunan hingga empat puluh tahunan.
Keisei: kepala boneka paling cantik untuk peran wanita penghibur kelas tinggi yang sensual
Ofuku: kepala boneka untuk peran wanita berwajah lucu atau komikal.
²  Mekanisme penggerak
Bahan untuk kepala boneka adalah kayu dari sejenis pohon Hinoki (Chamaecyparis obtusa).Kepala boneka berongga di bagian dalam yang merupakan hasil penggabungan bagian muka dan bagian belakang kepala. Kepala boneka dibuat dengan cara membelah kepala boneka menjadi dua bagian dan mengerok sisa kayu yang terdapat di bagian dalam.
Pada bagian wajah boneka, terdapat mekanisme untuk menggerakan alisbulu mata, dan bibir ke atas dan ke bawah. Sedangkan di bagian mata terdapat mekanisme untuk menggerakkan bola mata ke kiri dan ke kanan. Tali untuk menggerakan alis dan mata melewati rongga di kepala boneka. Mekanisme penggerak juga terdapat pada masing-masing kaki dan lengan.
²  Kostum
Boneka memakai kostum berupa kimono yang terdiri dari pakaian dalam (juban), mantel (haori), mantel manita (uchikake), kerah (eri), dan sabuk pinggang yang disebut obi. Pada bagian dalam kostum diberi lapisan kapas agar bagian tubuh boneka terlihat alami.
Kostum bisa dilepas dan disimpan terpisah dari kepala.Ningyō-koshiraeru adalah pekerjaan memasang baju untuk kepala boneka yang dilakukan dalang sebelum boneka bisa digunakan.
²  Cerita
Jidaimono adalah sebutan untuk kisah sejarah yang berlangsung sebelum zaman Edo.Di dalam golongan cerita Jidaimono, kisah yang mengambil latar belakang zaman Nara atau zaman Heian disebut Ōchōmono (kisah kekaisaran), termasuk di antaranya Taiheikimono yang merupakan sebutan untuk kisah Taiheiki.Peristiwa aktual di zaman Edo yang melibatkan kalangan samurai mengandung risiko disensor Keshogunan Edo, sehingga sering disamarkan ke dalam kisah Taiheikimono.

0 komentar:

Posting Komentar